Griya Sutera, Balaraja – Warga perumahan Griya Sutera, Balaraja, mengeluhkan krisis pasokan air bersih yang terus terjadi meskipun mereka telah membayar sejumlah iuran besar.
Pasokan air yang menjadi kebutuhan dasar sehari-hari masih sulit didapat, memicu keresahan dan amarah warga terhadap oknum pengelola yang terkesan abai.
Saat ditemui oleh wartawan Ad-34thn, mengungkapkan realita pahit yang dialaminya. “Kami terpaksa mandi di dekat tower air. Padahal, kami sudah membayar iuran pembangunan tower sebesar Rp2.500.000 per kepala keluarga dan biaya bulanan Rp50.000. Tapi, air masih sering tidak mengalir,” ujarnya dengan penuh kekecewaan.
Masalah tak berhenti di situ. Warga juga harus menghadapi ketidakprofesionalan petugas yang bertanggung jawab mengisi token air. Ketika token air habis, pasokan air otomatis mati, dan warga harus menunggu lama hingga petugas datang mengisi ulang token tersebut.
Lebih parahnya lagi, jawaban dari petugas saat dimintai penjelasan sangat mengecewakan. “Saya baru bangun,” ujar salah satu petugas dengan nada acuh, seolah tidak peduli dengan keresahan warga.
Iuran yang dipungut oleh oknum ini menambah beban warga. Namun, hasilnya tidak mencerminkan pelayanan yang memadai. Pasokan air tetap tidak lancar, dan keluhan warga seperti diabaikan.
Warga kini mulai mempertanyakan transparansi pengelolaan dana serta profesionalisme petugas yang seharusnya bertanggung jawab atas kebutuhan dasar mereka.
Permasalahan ini juga menyoroti lemahnya pengawasan pihak terkait terhadap pengelolaan air di kawasan ini. Warga meminta pihak berwenang segera turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini, mengingat air bersih adalah hak dasar setiap warga negara.
Krisis ini menjadi pengingat penting akan perlunya sistem pengelolaan air yang lebih transparan, profesional, dan berpihak kepada kebutuhan masyarakat. Jika terus dibiarkan, keresahan warga hanya akan semakin memuncak dan mengancam stabilitas sosial di lingkungan tersebut.